Korban Banjir Bengawan Solo Bahu Membahu Membantu Sesama Korban

Indra Harsaputra

Korban banjir luapan Sungai Bengawan Solo saling bahu membahu memberikan pertolongan kepada korban lainnya.


Sungkono (51) dan Supingah (42), keduanya merupakan pasangan suami istri warga desa Trucuk Kecamatan Trucuk Kabupaten yang menjadi korban banjir. Rumahnya telah terendam air sedalam 2 meter dan beberapa harta bendanya terhanyut oleh derasnya air luapan sungai Bengawan Solo.

Satu-satunya harta yang masih utuh adalah perahu kayu dilengkapi motor dengan lebar 3 meter dan panjang 6 meter. Perahu itu merupakan sumber pendapatan bagi keluarga Sungkono untuk transportasi penyeberangan di sungai Bengawan Solo.

Orang lokal menyebutnya perahu gethek, untuk sekali penyeberangan tarifnya hanya Rp 500,- sampai Rp 1.000,-. Keberadaan perahu ini sangat dibutuhkan sebagai penghubung desa satu ke desa lainnya. Selain Sungkono, ada puluhan usaha serupa di sepanjang sungai Bengawan Solo.

Sejak 27 Desember lalu, saat sungai Bengawan Solo meluber ke pemukiman warga sampai perkotaan, hingga sekitar 90 persen dari 2.384 km 2 luas wilayah Bojonegoro terendam, pendapatan Sungkono menurun. Tapi bukan berarti perahu Sungkono tidak dibutuhkan lagi.

Justru penumpang saya malah naik dua kali lipat. Pasalnya, meskipun saat banjir di Bojonegoro telah disediakan beberapa perahu karet, namun tidak banyak perahu karet yang beroperasi di daerah isolasi dengan alasan tidak mampu menembus derasnya arus sungai Bengawan Solo.

Namun, Sungkono tetap menerobos derasnya arus, meskipun bagian perahu terbentur oleh material yang terhanyut di aliran sungai.

"Mereka yang naik itu korban banjir yang ingin menyelamatkan hartanya ke daerah kering yang tidak tersentuh air. Saya tidak mematok harga, dan tidak akan marah bila ada yang tidak membayar, " kata Sungkono kepada The Jakarta Post, Rabu (2/12).

"Saya merasa berkewajiban membantu mereka dengan ikhlas karena mereka sedang berkesusahan. Seringkali saya terpaksa meminta solar pemilik perahu lain karena tidak memperoleh pemasukan untuk membeli solar " katanya.

"Kemarin perahu saya kandas dan bagian kapal sedikit berlubang setelah menabrak dahan pohon roboh. Tidak jarang pula batang pohon juga mengenai baling-baling motor, " ceritanya.

Perahu Sungkono kandas beberapa jam saat menyalurkan bantuan makan dari beberapa wartawan Bojonegoro. Perahu bisa kembali beroperasi setelah diangkat kemudian didorong bersama-sama oleh penumpangnya.

"Tetapi saya tidak patah semangat memberikan pertolongan kepada korban banjir. Banyak rekan saya yang kelaparan karena tidak bisa makan dan minum air bersih, " kata Sungkono.


Selain dibutuhkan korban banjir di daerah isolasi, perahu itu juga digunakan sebagai tempat tinggal sementara Sungkono bersama dengan ketiga anaknya, Dwi Bayu Kurniawan (18), Rise Suryana (13) dan Sasa Bella Aisa (10).

"Kami tidur, memasak dan makan di perahu ini karena rumah belum bisa dihuni karena terendam air. Jadi janganlah heran bila perahu kami ini penuh dengan alat memasak dan piring. Tidak jarang pula masakan saya harus dibagi dengan korban lainnya saat naik ke dalam perahu, " kata Supingah.

Supingah mengatakan di dalam perahu itulah Sasa dan Rise belajar meskipun sekolah mereka libur karena banjir, sedangkan Dwi lebih sering membantu Sungkono menjalankan perahu.

Selain Sungkono, ada juga Bambang dan Darwoto korban banjir lainnya yang keduanya berprofesi sebagai wartawan lokal giat menyalurkan bantuan makan di daerah terisolasi. Makanan yang disumbangkan berupa nasi bungkus hasil sumbangan beberapa wartawan lokal yang menjadi korban banjir.

Sama halnya dengan Sungkono, rumah Bambang dan Darwoto juga terendam banjir, harta mereka pun juga ikut terhanyut banjir. Pagi hingga siang mereka bekerja, dan bila sore mereka segera mendistribusikan makanan dan logistik ke korban banjir di daerah isolasi.

"Distribusi makanan dan logistik ini berakhir hingga malam mengingat rute yang sulit ditempuh. Awalnya istri dan keluarga protes, tetapi setelah saya jelaskan keluarga sangat mendukung kegiatan ini, " kata Bambang.

Baik itu Sungkono, Bambang dan Darwoto berharap berharap banjir segera berakhir dan bila menyusut tidak ada aksi penjarahan akibat kenaikan harga bahan pokok akibat kelangkaan barang ditambah lagi banyak korban banjir yang kehilangan pekerjaan mereka akibat ladang dan sawah yang terendam banjir.

0 comments: