Semangat Memperjuangkan Perdamaian di Timur Tengah

"Pada hakekatnya semua orang ingin perdamaian. Namun dikala muncul sebuah kepentingan yang bertujuan untuk menguasai seseorang atau kelompok lain maka muncullah sebuah gerakan ekstrimisme melawan perdamaian itu, "

by : Indra Harsaputra (Surabaya)

Abdul A'la, satu dari lima tokoh Muslim Indonesia yang bertemu dengan tokoh lintas agama di Israel, berkomitmen untuk tetap menggelorakan semangat perdamaian di Timur Tengah, meskipun di tanah kelahirannya Indonesia tidak sedikit kecaman yang diterimanya.

Saat bertandang ke Israel, 3 Desember sampai 8 Desember 2007 lalu media massa setempat, Jerusalem Post menyebutkan Abdul A'la bersama dengan keempat rekannya sebagai tokoh Muslim Indonesia moderat.

Saat ditemui di ruang kerjanya, gedung pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Jalan Ahmad Yani Surabaya, Abdul sedang melahap nasi bungkus sebagai hidangan makan siangnya. Menurut beberapa rekan sejawatnya, ia memang gemar makan nasi bungkus ketimbang makan di sebuah restoran mewah. Gaya hidupnya pun sederhana.


Di mata beberapa mahasiswanya, Abdul yang berspesialiasasi di bidang keilmuan sejarah perkembangan Pemikiran Islam itu, sangat anti menerima sogokan maupun uang imbalan ucapan terima kasih dari mahasiswanya atas kelulusan tamat belajar.
Tidaklah heran bila Abdul yang didapuk menjadi Asisten Direktur Bidang Akademik Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya mendapatkan penghargaan sebagai dosen teladan perguruan tinggi Islam se-Indonesia tahun 2007.

Di setiap ruang ilmiah, Abdul dikenal paling getol menekankan paham pluralisme dan perdamaian. Ia banyak bergaul dengan pemimpin agama non muslim dan tokoh Katolik di Indonesia.
Ia juga tidak segan mengucapkan hari raya bagi pemeluk agama lain, meskipun hal itu masih dipandang kontraversial oleh salah satu kelompok agama tertentu.

Selain aktif menulis di kolom Opini Harian Kompas dan beberapa media lainnya, Abdul juga telah mempublikasikan beberapa karya tulisnya berjudul dari Neomodernisme ke Islam Liberal terbitan Paramadina 2003, Pembaharuan Pesantren terbitan LKis Yogyakarta 2007, Praksis Pembelajaran Pesantren terbitan LKis tahun 2007 dan beberapa buku lainnya.
"Pada hakekatnya semua orang ingin perdamaian. Namun dikala muncul sebuah kepentingan yang bertujuan untuk menguasai seseorang atau kelompok lain maka muncullah sebuah gerakan ekstrimisme melawan perdamaian itu, " katanya.
Tidaklah heran apabila gerakan ekstrimisme inilah yang menggunakan simbol agama untuk kepentingan politik.

"Kelompok ekstrim ini bercokol di Indonesia maupun Israel bahkan di negara manapun juga. Kelompok ini juga mempunyai jaringan lokal maupun internasional, " katanya.
Di Indonesia, kata Abdul, kelompok ekstrimis ini jumlahnya minoritas namun ia lebih vokal, agresif tinggi dibandingkan dengan kelompok yang lain.

Kekuatan kelompok ekstrimis inilah yang membuat keempat rekan Abdul yang berangkat ke Israel menjalankan misi perdamaian enggan membuka diri. Mereka, kata Abdul, memang berusaha menyembunyikan identitas diri soal keberangkatan itu.
Abdul memberikan contoh, satu tokoh asal Jatim yang berangkat ke Israel misalnya, sebelum berangkat sudah mendapatkan penolakan dari organisasi. Tetapi ia bertekad untuk berangkat dengan catatan identitasnya dirahasiakan begitu kembali di Indonesia karena kuatir akan kecaman kelompok ekstimis itu.
"Demikian pula dengan yang lainnya yang berangkat. Mereka enggan membuka diri telah berkunjung ke Israel karena takut dikecam oleh kelompok ekstrimis Indonesia sebagai agen zionis, " katanya.
Dari kelima tokoh yang empat diantaranya berasal dari akademisi dan satu dari kalangan salah satu Departemen. Kelima tokoh berasal dari dua asal Jatim, 1 dari Yogyakarta, 1 dari Jakarta dan satu lagi dari Makassar.
"Sebenarnya ada enam orang, tetapi satu tokoh dari Jawa Timur menyatakan menolak ikut karena belum siap. Saya menafsirkan ketidaksiapan itu karena takut dengan stigma negative bagi umat Muslim yang berkunjung ke negara Israel, " katanya.
Israel, I am Going....
Tidaklah mudah bagi Abdul A'la dan keempat rekannya untuk berkunjung ke Israel. Pasalnya, saat ini Indonesia belum membuka jalur diplomatik dengan negara itu. Itupun belum termasuk kecaman dari kelompok masyarakat yang menilai kunjungan ke Israel sama saja mendukung usaha Israel melakukan tindakan imperialis ke wilayah Arab.
"Saya tidak akan berbicara detail soal akses masuk ke Israel, " katanya.
Alasan Abdul tidak membuka rahasia jalan akses masuk ke Israel mengingat peristiwa tahun 1994 saat mantan Presiden Abdurrahman "Gus Dur" Wahid berkunjung ke Israel.
Saat itu terjadi gelombang protes besar-besaran dari berbagai ormas keagamaan dan kecaman dari segala pihak. Saat itu, Departemen Luar Negeri, yang saat itu dipimpin oleh Ali Alatas mengatakan kepergian itu tidak berizin dan Deplu kecolongan. Deplu tidak akan memberikan ijin bila mereka sebelumnya terlebih dahulu memberitahukan soal keberangkatan itu.
"Kunjungan saya ke Israel bukanlah membawa persoalan politik disana. Kami hanya ingin perdamaian tercipta di negeri itu, " kata suami dari Nihayatus Sa'dah dan bapak empat orang anak ini.
Abdul menunjukkan salah satu tulisan di salah satu website terbitan media massa yang menyebutkan bahwa kunjungan dirinya bersama dengan keempat reknnya ke Israel itu membawa aspirasi zionis.

Pada caption foto tulisan itu bertuliskan bahwa Abdul bersama dengan salah satu tokoh Muslim asal Jawa Timur sedang menghadiri upacara keagaamaan Yahudi.
"Berita itu ngawur karena dibuat tanpa konfirmasi. Meskipun saya dihujat tetapi saya tetap akan berupaya terus agar perdamaian tercipta disana. Kami sedang mengatur strategi khusus dan pencapaian perdamaian bukanlah sesuatu yang mustahil disana, " katanya.
Dalam kunjungannya di Israel, kelima tokoh Muslim di Indonesia telah bertemu dengan tokoh-tokoh agama di Israel, diantaranya Tokoh Muslim Palestina Mohammed Sulaiman Dajani, Tokoh Yahudi Rabbi Tzfaniah Drori, dan tokoh dari the Evanj Lutheran Church in Jordan and Holy Land Bishop Munib A. Younan.
"Kami berdialog secara mendalam dan dalam suasana hangat. Pada intinya mereka rindu perdamaian. Tetapi sayang ada kekuatan politik yang mengganjal mereka. Tetapi setelah kunjungan kami, mereka sepakat akan menggelar perundingan damai secara bersama, " katanya.
Kelima tokoh Muslim Indonesia juga berbincang soal upaya perdamaian dari kelompok yang bertikai kepada Presiden Israel Shimon Peres selama 1 jam di Istana Kepresidenan di Jerusalem.
Ia mengatakan dalam waktu dekat ini, kelima tokoh tersebut bersama dengan LibForAll akan mengeluarkan rekomendasi kepada negara Indonesia dan dunia akan upaya perdamaian di Timur Tengah, termasuk langkah-langkah yang perlu dilakukan Indonesia dalam menjalankan misi perdamaian di Timur Tengah.
"Saya akan terus berupaya mewujudkan perdamaian di sana, " katanya.

0 comments: