Usaha Sampoerna Memberdayakan Masyarakat

Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna tidak hanya mendidik serta mendorong semangat usaha secara mandiri, tetapi juga mampu mengubah perilaku positif usahawan yang menjadi binaannya.

PPK Sampoerna yang didirikan diatas lahan seluas kurang lebih 10 Hektar di desa Gunting Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan Jawa Timur tersebut merupakan salah satu program Corporate Social Responbility (CSR) dari PT HM Sampoerna Tbk.



Empat tahun lalu, Kaiman (48) salah satu warga desa Bulukandang Kecamatan Prigen Pasuruan hanyalah seorang sopir angkutan umum dengan penghasilan tidak kurang dari Rp 600 ribu per bulannya. Namun kini, nasibnya telah berubah. Penghasilannya saat ini lebih dari Rp 10 juta per bulannya.

"Saya telah memiliki rumah dan mobil pribadi untuk usaha. Keluarga saya kini jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan sebelumnya, " katanya kepada The Jakarta Post.

Kaiman mengaku kunci suksesnya tidak lain karena kuatnya keinginan untuk merubah nasib hidupnya.

Sekitar akhir tahun 2004 lalu, Kaiman mengikuti sebuah training kewirausahaan yang diadakan oleh Sampoerna di lokasi PPK yang hanya berjarak tidak kurang dari 10 kilometer dari desanya. Ia ikut kegiatan itu karena Sampoerna tidak memungut biaya kepada pesertanya.

Program yang diadakan selama dua hari itu, Kaiman banyak berdiskusi dengan trainer Sampoerna tentang cara memulai usaha baru. Ia pun mengusulkan puluhan ide rencana usaha yang akan dikerjakanya, tetapi hanya satu ide saja yang menurut trainer itu possible untuk dikerjakan di desa tempat Kaiman tinggal.

Di desa tempat tinggal Kaiman yang berpenduduk 3.983 jiwa itu banyak dijumpai unit industri pemotongan kayu gergajian. Sisa kayu gergajian tersebut ternyata bisa diolah kembali menjadi salah satu media perkembangbiakan budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus).

Kaiman pun mengikuti program tambahan budidaya jamur Tiram di Sampoerna. Ia mulai belajar membuat media tanam hingga proses pengembangbiakan jamur tersebut.

Akhirnya, awal tahun 2005, ia menyatakan berhenti dari pekerjaan lamanya dan memilih berkonsentrasi sebagai petani jamur tiram. Sampoerna pun membantu dalam segi permodalan, namun bukanlah berbentuk cash money melainkan berupa penyediaan bibit serta ratusan media tanam bagi jamur tiram.

"Saat itu saya hanya berpikir bahwa usaha jamur tiram harus berhasil karena tidak ada lagi pekerjaan lain yang saya punya. Siang dan malam saya mencoba dan terus mencoba, " katanya.

Selain membantu segi permodalan, Sampoerna juga menyediakan seorang pendamping yang membantu Kaiman menjalankan usahanya.

Usaha yang digeluti Kaiman benar-benar fantastis karena hanya berselang waktu enam bulan saja budidaya jamurnya telah berkembang. Kegemilangan usaha Kaiman pun akhirnya diadopsi oleh tetangga sekelilingnya.

Saat ini telah ada 30 orang yang berusaha di bidang yang sama. Seluruh usahawan itu pun kemudian dikumpulkan dalam satu kelompok usaha budidaya dan Kaiman didapuk menjadi koordinator kelompok itu.



Dalam kelompok jamur itu, seluruh usahawan secara rutin mengadakan pertemuan. Sampoerna terus melakukan pendampingan di kelompok itu. Selain pendampingan strategi marketing, seorang pendamping pun juga banyak memberikan konsultasi tentang masalah-masalah non bisnis.

"Selain usaha maju, saya juga telah berhenti dari kegemaran berjudi. Dulu memang desa ini terkenal dengan sebutan desa narapidana karena banyak penduduk desa yang tertanggap polisi karena tindakan kriminal dan perjudian, " katanya.

Kaiman mengatakan dari 12 karyawan yang bekerja di tempatnya, mayoritas merupakan bekas narapidana yang baru keluar dari penjara. Ketika ia kembali di desanya, Kaiman memperkerjakan mereka agar bisa mendapatkan penghasilan dan tidak lagi mencuri kendaraan bermotor hanya karena tidak bisa membeli makanan.

Kaiman berharap karyawan yang bekerja di tempatnya itu bisa membuka usaha serupa di lain tempat setelah mendapatkan pengetahuan tentang budidaya jamur darinya.

Boediono (43) juga merupakan petani jamur tiram binaan Sampoerna. Sebelum bertani, lelaki yang tinggal di desa Pendem Kota Batu Malang dulunya merupakan pengangguran.



Sama halnya dengan Kaiman, saat ini Boediono bersama dengan sembilan orang pengangguran lainnya di desanya juga berhasil membudidayakan jamur tiram setelah mengikuti training di PPK Sampoerna. Usaha Boediono dan rekan-rekannya itu bernama kelompok petani Maligus,--singkatan dari Makarti Amrih Lilaning Gusti yang artinya bekerja dengan senantiasa berdoa kepada Allah.

Usaha Boediono ini dikelola secara kelompok yang memulai usahanya sejak bulan November 2007. Mulai saat dibentuk hingga saat ini, dari penjualan media tanam, jamur mentah hingga jamur olahan, kelompok usaha ini telah memperoleh keuntungan Rp 40 juta.

"Keuntungan itu belum termasuk keuntungan yang telah dibagikan kepada sembilan anggota kelompok yang per bulannya mendapatkan Rp 1 juta per bulannya, " katanya.

Manager Community Development PT HM Sampoerna Tbk, Yustinus Harisetiawan mengatakan dari 700 kelompok usaha binaan Sampoerna yang tersebar di Jawa Timur memang tidak semua berhasil seperti yang dilakukan oleh kelompok Kaiman dan Boediono.

"Kami hanyalah berperan sebagai fasilitator dan keberhasilan terletak dari usaha masing-masing individu. Namun dalam program Comdev ini, perubahan perilaku masyarakat yang menjadi ukuran dari keberhasilan sebuah program, " katanya.

Saat ini Sampoerna, kata Yustinus, juga mencoba mengubah perilaku petani padi dengan System of Rice Intensification (SRI), sebuah tehnik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi hingga 100 persen dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, air, tanah dan unsur hara.



Metode SRI yang pertama kalinya ditemukan tahun 1983 di Madagascar oleh biarawan Yesuit asal Perancis FR Henri de Laulani tersebut terbukti mampu menghemat air untuk kepeluan irigasi dan ramah lingkungan karena menggunakan pupuk organik.

"Saat ini telah membina puluhan petani di Pasuruan untuk menerapkan metode itu. Kami melakukan training di PPK secara rutin, seperti dengan cara budidaya padi hingga pembuatan pupuk organik ramah lingkungan, " katanya.

Beberapa fasilitas yang ada di PPK Sampoerna itu meliputi Areal Pertanian Terpadu yang terdiri dari unit kandang sapi berkapasitas 12 ekor, unit kandang kambing berkapasitas 20 ekor, unit pembuatan pupuk organik dengan mesin pembuat kompos hingga bokasi dan silase, enam petak kolam ikan, lahan hortikultura seluas 4 hektar dari jenis tanaman sayur hingga tanaman hias, unit rumah kaca, dan unit pengolahan pangan dan hasil pertanian.

Selain itu, di PPK juga terdapat bengkel otomotif, dua ruang pelatihan berkapasitas 40 orang, Unit bisnis kecil dan pengembangan pasar, perpustakaan, asrama, pendopo dan fasilitas pendukung lainnya. (INDRA HARSAPUTRA)

0 comments: